Kubis, kol, kobis, cabbage atau kobis bulat adalah nama yang
diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama
ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya
untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau
bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti
"berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan,
walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat,
dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var.
sylvestris.
Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool.
Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini.
Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.
Kubis dapat dimakan segar sebagai lalapan maupun diolah. Sebagai lalapan, kubis yang dilengkapi sambal biasa meyertai menu gorengan atau bakar seperti ayam atau lele. Kubis diolah untuk membuat orak-arik atau capcay. Daun kubis yang direbus menjadi lunak, tipis, dan transparan. Perebusan ini dapat dijumpi dalam berbagai sup dan sayur. Di Korea kubis menjadi komponen utama masakan khas bangsa ini: kimchi. Jerman terkenal dengan sauerkraut, kubis yang dipotong-potong kecil dan diawetkan dalam cuka.
Suatu studi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, AS, yang melibatkan sampel manusia lebih dari 1.000 orang mengungkapkan, mereka yang rajin makan sayuran dapat mengurangi risiko kanker kolon sebesar 35 persen, sedangkan yang mengonsumsi kubis-kubisan dapat menekan risiko kanker 44 persen. Sementara studi di Belanda dengan sampel lebih dari 100.000 orang hasilnya relatif sama, yaitu konsumsi sayuran bisa mengurangi risiko kanker kolon 25 persen, kubis-kubisan bisa mengurangi risiko sampai 49 persen. Hal ini menegaskan bahwa peran kubis-kubisan sebagai sayuran anti kanker dapat diandalkan.
Kubis-kubisan dapat mengurangi risiko kanker paru sampai 30 persen pada kelompok bukan perokok. Pada kelompok perokok, lebih baik lagi, yaitu menekan risiko kanker paru sampai 69 persen. Jadi, ini dapat menjadi kabar baik bagi perokok, kalau memang tidak bisa berhenti merokok jangan lupa selalu mengonsumsi kubis-kubisan sebagai sayur teman nasi.
Kandungan Gizi Kubis, mentah, Nilai gizi per 100 g (3.5 oz)
Energi 103 kJ (25 kcal)
Karbohidrat 5,8 g
Gula 3,2 g
Diet serat 2,5 g
Lemak 0,1 g
Protein 1,28 g
Thiamine (Vit. B1) 0,061 mg (5%)
Riboflavin (Vit. B2) 0,040 mg (3%)
Niacin (Vit. B3) 0,234 mg (2%)
Asam pantotenat (B5) 0,212 mg (4%)
Vitamin B6 0,124 mg (10%)
Folat (Vit. B9) 53 mg (13%)
Vitamin C 36,6 mg (61%)
Kalsium 40 mg (4%)
Besi 0,47 mg (4%)
Magnesium 12 mg (3%)
Fosfor 26 mg (4%)
Kalium 170 mg (4%)
Seng 0,18 mg (2%)
Sumber: USDA Nutrient database
Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool.
Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini.
Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.
Kubis dapat dimakan segar sebagai lalapan maupun diolah. Sebagai lalapan, kubis yang dilengkapi sambal biasa meyertai menu gorengan atau bakar seperti ayam atau lele. Kubis diolah untuk membuat orak-arik atau capcay. Daun kubis yang direbus menjadi lunak, tipis, dan transparan. Perebusan ini dapat dijumpi dalam berbagai sup dan sayur. Di Korea kubis menjadi komponen utama masakan khas bangsa ini: kimchi. Jerman terkenal dengan sauerkraut, kubis yang dipotong-potong kecil dan diawetkan dalam cuka.
Suatu studi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, AS, yang melibatkan sampel manusia lebih dari 1.000 orang mengungkapkan, mereka yang rajin makan sayuran dapat mengurangi risiko kanker kolon sebesar 35 persen, sedangkan yang mengonsumsi kubis-kubisan dapat menekan risiko kanker 44 persen. Sementara studi di Belanda dengan sampel lebih dari 100.000 orang hasilnya relatif sama, yaitu konsumsi sayuran bisa mengurangi risiko kanker kolon 25 persen, kubis-kubisan bisa mengurangi risiko sampai 49 persen. Hal ini menegaskan bahwa peran kubis-kubisan sebagai sayuran anti kanker dapat diandalkan.
Kubis-kubisan dapat mengurangi risiko kanker paru sampai 30 persen pada kelompok bukan perokok. Pada kelompok perokok, lebih baik lagi, yaitu menekan risiko kanker paru sampai 69 persen. Jadi, ini dapat menjadi kabar baik bagi perokok, kalau memang tidak bisa berhenti merokok jangan lupa selalu mengonsumsi kubis-kubisan sebagai sayur teman nasi.
Kandungan Gizi Kubis, mentah, Nilai gizi per 100 g (3.5 oz)
Energi 103 kJ (25 kcal)
Karbohidrat 5,8 g
Gula 3,2 g
Diet serat 2,5 g
Lemak 0,1 g
Protein 1,28 g
Thiamine (Vit. B1) 0,061 mg (5%)
Riboflavin (Vit. B2) 0,040 mg (3%)
Niacin (Vit. B3) 0,234 mg (2%)
Asam pantotenat (B5) 0,212 mg (4%)
Vitamin B6 0,124 mg (10%)
Folat (Vit. B9) 53 mg (13%)
Vitamin C 36,6 mg (61%)
Kalsium 40 mg (4%)
Besi 0,47 mg (4%)
Magnesium 12 mg (3%)
Fosfor 26 mg (4%)
Kalium 170 mg (4%)
Seng 0,18 mg (2%)
Sumber: USDA Nutrient database