Sambiloto
banyak di temukan di daratan Asia. Selain Indonesia, sambiloto juga
terdapat di India, Filipina, Vietnam dan Malaysia. Tanaman yang bernama
latin Andrographis Paniculata Ness ini dapat hidup subur di daerah
tropis dengan ketinggian antara 1- 700 meter diatas permukaan laut.
Sambiloto merupakan tanaman
semak yang mempunyai banyak cabang yang berdaun dan tingginya bisa
mencapai kurang lebih 90 cm. Daun sambiloto kecil-kecil berwarna hijau
tua dan bunganya berwarna putih. Sambiloto juga dapat berkembang biak
sepanjang tahun, dengan biji maupun dengan cara stek batang. Perbanyakan
dengan stek batang juga relatif mudah dilakukan. Caranya, pilihlah
batang yang agak tua yang memiliki daun sekitar 10 helai. Batang
tersebut dipotong sepanjang kurang lebih 20 cm lalu ditancapkan ke tanah
di tempat teduh. Hanya dalam waktu sekitar satu bulan, tanaman
sambiloto sudah mulai di penuhi daun muda. Bagian yang biasa digunakan
untuk obat tradisional adalah daunnya yang rasanya sangat pahit.
Sebenarnya selain daunnya, batang, bunga dan bagian akar juga bermanfaat
obat.
Dari jaman dahulu kala hingga sekarang.
Relief daun sambiloto ada di Candi Borobudur serta di Kitab Serat Rama dalam bahasa Jawa Kawi di sekitar abad 18. Disebutkan sambiloto berkhasiat untuk mengobati prajurit Hanoman yang terluka ketika perang melawan Rahwana.
Relief daun sambiloto ada di Candi Borobudur serta di Kitab Serat Rama dalam bahasa Jawa Kawi di sekitar abad 18. Disebutkan sambiloto berkhasiat untuk mengobati prajurit Hanoman yang terluka ketika perang melawan Rahwana.
Di Indonesia, banyak orang
mengenal sambiloto dari mbok jamu gendong, yang biasa disebut dengan
nama jamu paitan. Seringkali orang mengkonsumsi cairan paitan yang
warnanya kehitaman dari mbok jamu, dan kemudian pahitnya diusir dengan
minum beras kencur. Campuran ini biasa dikenal untuk mengusir masuk
angin.
Selain membeli di jamu gendong,
orang juga bisa mengkonsumsi sambiloto dengan cara merebus daunnya.
Daun yang kering pun tidak kalah manfaatnya bahkan sekarang ada pula
sambiloto dalam bentuk teh celup. Bagi yang tidak tahan dengan pahitnya,
namun ingin mendapat khasiat istimewa sambiloto, dapat mengkonsumsi
sambiloto dalam bentuk kapsul.
Sejalan dengan trend “back to
nature”, kalangan asing pun sudah banyak yang melirik khasiat sambiloto.
Berbagai penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri,
menemukan bahwa di balik rasa pahit sambiloto, terkandung zat aktif
androgapholid yang sangat bermanfaat untuk pengobatan. India juga sudah
lama mengenal tanaman obat ini, bahkan sambiloto digunakan untuk
memerangi epidemi flu di India pada tahun 1919 dan terbukti efektif
sehingga sambiloto mendapat julukan the “Indian Echinacea”.
Di Cina, sambiloto sudah di uji klinis dan terbukti berkhasiat sebagai anti hepapatoksik (anti penyakit hati). Di Jepang, sedang di jajaki kemungkinan untuk memakai sambiloto sebagai obat HIV, dan di Skandinavia, sambiloto di gunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit infeksi.
Di Cina, sambiloto sudah di uji klinis dan terbukti berkhasiat sebagai anti hepapatoksik (anti penyakit hati). Di Jepang, sedang di jajaki kemungkinan untuk memakai sambiloto sebagai obat HIV, dan di Skandinavia, sambiloto di gunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit infeksi.
Macam-macam khasiat sambiloto
Secara turun-temurun, orang sudah menggunakan rebusan daun sambiloto untuk mencegah masuk angin atau influenza, menurunkan demam, sakit kuning, serta mengobati luka. Untuk mengobati luka, biasanya orang menumbuk daun sambiloto kering, dan menaburi luka atau korengnya dengan bubuk sambiloto. Selain itu pahitnya sambiloto juga dipercaya manjur untuk meredakan kencing manis.
Secara turun-temurun, orang sudah menggunakan rebusan daun sambiloto untuk mencegah masuk angin atau influenza, menurunkan demam, sakit kuning, serta mengobati luka. Untuk mengobati luka, biasanya orang menumbuk daun sambiloto kering, dan menaburi luka atau korengnya dengan bubuk sambiloto. Selain itu pahitnya sambiloto juga dipercaya manjur untuk meredakan kencing manis.
Menurut dr J Sidhajatra yang
sudah puluhan tahun memberi obat herbal pada pasien-pasiennya, sambiloto
merupakan herbal yang mempunyai efek anti-infeksi / anti radang paling
baik diantara tanaman obat lainnya. Penyakit-penyakit infeksi terutama
infeksi pada jaringan mucus atau lendir, seperti infeksi tenggorokan
penyebab influenza, infeksi saluran kemih, keputihan pada wanita maupun
infeksi pada koreng, bisa diobati dengan sambiloto.
Dalam bentuk rebusan daun
kering, dr. Sidhajatra menganjurkan dosis sebesar 5 gr, yang direbus
bersama air 2 gelas sampai sisa 1 gelas untuk satu hari (diminum 3 x 1/3
gelas). Jika menggunakan daun segar, dosisnya adalah sekitar 30 lembar
daun dengan cara yang sama seperti merebus daun kering. Dalam bentuk
ekstrak, mengkonsumsi sampai dengan 1500 mg per hari masih dianggap
aman. “Berdasarkan pengalaman saya, sambiloto dalam bentuk ekstrak
ternyata terbukti lebih efektif mengatasi berbagai penyakit
radang/infeksi” demikian dr Sidhajatra menambahkan.
Namun dr Sidhajatra
mengingatkan bahwa penggunaan sambiloto untuk meredakan kencing manis,
juga harus disertai dengan diet rendah karbohidrat dan gula. “Kalau cuma
rajin mengkonsumsi sambiloto tapi makan tetap seenaknya, ya berbahaya”,
demikian nasehat dr Sidhajatra.
Pendapat dari dr Paulus W Halim
yang berpraktek di BSD City, Tangerang, sangat positif mengenai
sambiloto. “Di padukan dengan herbal lain seperti temulawak, sambiloto
jadi lebih efektif untuk mengobati penyakit saluran pernafasan bagian
atas (ISPA). Sambiloto juga berfungsi sebagai imuno stimulator, dan obat
herbal untuk penderita diabetes melitus, juga sebagai perangsang nafsu
makan pada anak-anak” demikian penjelasan dokter lulusan Italia ini.
Pemanfaatan sambiloto di Indonesia
Ironisnya, di Indonesia sendiri, sambiloto baru dikenal secara terbatas di kalangan orang orang yang biasa mengkonsumsi jamu. Melihat khasiatnya, tentu lebih baik jika kita kembali ke alam dengan mengkonsumsi tanaman obat sambiloto, dibandingkan dengan mengkonsumsi antibiotik yang memiliki efek samping kurang baik dan harganya yang relatif mahal. Dan jika negara-negara maju seperti Skandinavia, Jepang, Cina sudah menggunakan sambiloto, tentunya tidak ada alasan lagi mengapa kita sebagai negara penghasil sambiloto tidak mengkonsumsinya?
Ironisnya, di Indonesia sendiri, sambiloto baru dikenal secara terbatas di kalangan orang orang yang biasa mengkonsumsi jamu. Melihat khasiatnya, tentu lebih baik jika kita kembali ke alam dengan mengkonsumsi tanaman obat sambiloto, dibandingkan dengan mengkonsumsi antibiotik yang memiliki efek samping kurang baik dan harganya yang relatif mahal. Dan jika negara-negara maju seperti Skandinavia, Jepang, Cina sudah menggunakan sambiloto, tentunya tidak ada alasan lagi mengapa kita sebagai negara penghasil sambiloto tidak mengkonsumsinya?
Jadi, sekarang tidak ragu lagi kan mengkonsumsi sambiloto?